Every Day is A New Day

“You can become blind by seeing each day as a similar one. Each day is a different one, each day brings a miracle of its own. It's just a matter of paying attention to this miracle.”

satu bait saja

bukankah aku telah berkata jelas

bahwa hujan dan badai bukanlah segalanya

biarkan saja mereka berlalu

bila memang kehadirannya tak berasa

A FAKE BLOG

A fake blog (sometimes shortened to flog or referred to as a flack blog) is an electronic communication form that appears to originate from a credible, non-biased source, but which in fact is created by a company or organization for the purpose of marketing a product, service, or political viewpoint. The purpose of a fake blog is to inspire viral marketing or create an internet meme that generates traffic and interest in a product, much the same as astroturfing (a "fake grassroots" campaign).

Fake blogs are corrupted forms of public relations, which as a discipline demands transparency and honesty, according to the Public Relations Society of America's code of ethics and the Word of Mouth Marketing Association's code of ethics. Authenticity and transparency are important in social networking and blogging, as these codes of ethics attest.

As social networking tools gain in popularity, corporations and special-interest groups legitimately use their own blogs to promote company agendas without cloaking their identities (one such example is http://www.blogsouthwest.com, a blog sponsored by Southwest Airlines and written by its employees).

One notorious example of identity cloaking, resulting in a fake blog, was exposed when Edelman, an international public relations firm, created a fake blog in 2006 called Walmarting Across America.It was purportedly written by two Wal-Mart "enthusiasts" who decided to journey across the United States in an RV, blogging about the experience as they visited Wal-Marts along the way. While two people actually did travel across the United States in an RV, the publicity stunt was revealed to be paid for by Wal-Mart, a client of Edelman.

In this way, a fake blog is akin to industry-supported "astroturf" efforts that pose as legitimate grassroots activity, as identified by groups such as PR Watch, which investigates the origins of so-called grassroots organizations.

Source : http://en.wikipedia.org/wiki/Fake_blog

Just an ordinary day

hari yang indah

mentari bersinar

angin bertiup

burung berkicau

anak terbangun

Wi, Papingnya bangun

Istri tersenyum

Aku tertidur lagi

A BRAND NEW DAY

a brand new day

cahaya berpendar menerobos onggokan gelapnya malam

semilir angin bersiulan laksana buih di pantai

 

a brand new day

seonggok sampah terbangun dari lelapnya dunia

menggeliat menatap redup sangkakala malam

 

a brand new day

sebersit pikiran terlintas dalam benak sang pencari makna

bahwa arti hidup tertinggal di balik senja hari kemarin

 

a brand new day

sesal lama masih tetap menggelayut

bahwa a new day hanyalah sebuah brand bukan logika

mengisi hari

aku hanya ingin hidupku bermakna

karena itu aku mau berkorban

hingga bila saat semuanya terlepas dari raga

adalah saat saat yang membuatku merasa berharga

maka aku akan menunggu saat saat itu dengan hati gembira

Sebuah cerita

duduk disini, sedikit merenung
kerut di dahi tanpa jelas apa yg terlintas
ada duka ada lara yang membekas
aku tahu namun ternyata tak berguna
ingin berjalan walau jelas mataku tak sanggup melihat
aneh sungguh aneh saat segalanya tampak begitu jernih
saat itu pula segalanya terlihat buram
lalu apa setelah ini
lalu apa lagi yang bisa kupegang
limbung adalah jelas
limbung adalah suram
lalu apa lagi
aneh sungguh aneh saat segalanya tergenggam
saat itu pula semuanya terlepas
disini terduduk dengan kerut didahi
mengais cerita tentang diri dan sobekan ego yang terkoyak

Semua cerita

lalu apa lagi yang harus kucari
setelah semua tampak menjauh
ragu sudah diri tuk melangkah
bila memang jalan tak lagi terbentang
ada resah ada gundah ada asa yang terbengkalai
lalu semua berakhir sia sia
lalu buku itu pun tertutup tanpa sempat akhirnya tersematkan
jadi selama ini
untuk sebuah kenyataan pahit kita berjalan……………lelah sungguh lelah………….semua menjadi tak berarti
sia sia

Tanpa makna

aku tak mengerti padahal aku disini mendengarmu tak jua kupahami……….bukankah tadi kau kuperhatikan………. sepertinya ya….. apakah aku mulai lelah dan pikun……sedangkan waktu masih ada dihadapanku apakah…….aku………telah……..menjadi……..bodoh…….. siapa yang dapat kusalahkan wahai angin………ketika janurku telah menguning… ketika karatku kian mengendap…..dimanakah diriku yang dulu sombong menghadang badai ini……. mungkin bukan aku yang telah pikun……….mungkin bukan badan ini yang tlah lelah berlari……mungkin….. tapi siapa lagi yang dapat kupersalahkan…………ah sudahlah…..masa bodoh semua ini……… jika mendengar tidak lagi diikuti pemahaman………..bodoh mungkin berarti tidak bodoh………hah…….. tapi siapa lagi yang bisa kusalahkan……….. mungkin diri ini telah semakin……b……o………d…….o……h…………kep……ar……..at……..

Titian

dan waktupun terus berlalu
tanpa mau menunggu ataupun berhenti
sedang nafas tak mau peduli
terus memburu bersama nafsu yang terbengkalai
ditepi titian pengharapan
aku ragu kau masih disampingku kawan

HEAVEN AGAINTS HIS WILL

My strength uprooted mountains,
My spirit overstepped the world;
But the times are against me,
And my horse can gallop no more.
When he can gallop on more
What can I do?
And what is to become of Lady Yu?

---------Xiang Yu------------

Kita

ketika sapa tak mempunyai arti ketika senyum hanya sebuah rutinitas

untuk apa menyesali diri bila memang tak mampu berubah

biarkan sepi berjalan sendiri atau tawa berdendang tak perduli

karena kita bukanlah mereka dan angin tak akan paksakan kita menari

bukan mimpi yang temani diri

bukan rindu yang mainkan hati

namun mungkin kita memerlukan ini semua

sekedar fatamorgana atau hanya realita yang dipaksakan

Untuk apa bertanya apakah esok kan tiba menyapa

cukuplah kata bahwa kita kan berjumpa malam ini

dan malam nanti yang mungkin takkan kunjung datang

nikmati saja walau jelas tanpa harap

rinduku bukan untukmu rindumu bukan untukku

biar waktu mengukir lembaran baru

tentang kita dan mimpi yang tak berwujud

dunia tak bertepi

bukan untukku
kantuk semakin menyerang lelah tak jua mereda mungkin tiba saatnya
diri berbisik lirih tentang kejujuran
lelah lelah sudah melangkah
kaki pegal bukan lagi teman sehati
dan waktu tak lagi disaku
seperti kemarin yg hilang dalam genggaman
mari berjalan manis
berjalan dalam kungkungan bara api
takkan hangus diri bila nyala hanya belaka
biar mentari tetap meradang mengejar
dunia tak bertepi

kaos kerahku

aku bukan berhenti untuk kemudian mati,

aku juga bukan menengok untuk melihatmu

namun kumemang perlu untuk berhenti

pandangan matamu terasa menusuk di punggung

sehingga kuharus menengok menatap punggungku

beruntung sianrmu tak lubangi kaos kerahku

nafsu berarak punah

aku lupa hari
hari dimana aku melupakan hari
dan terduduk disini termenung berpikir
memikirkan yang tak telintas dibenakku
merasaimu memberikan sebersit aneh didiri
bahwa langkah mungkin salah membawa
mungkin kaki harus surut melangkah

tapi waktu tak pernah sepaham, mungkin
kau benar kita selalu meminta dan memaksa dengan nafs
dan nafs selalu bersama, mungkin
waktu selalu ada untuk kita disaat kita sadar hidup kita adalah saat ini

bijaksana

apakah bijaksana itu

seperti sebuah riasan dikepala sang dalang melenggok kala bisma terbahak di atas harga diri sang begawan

apakah dewasa itu

seperti lirih suara kala perih ataukah ……. yang tak tertahankan

apakah kau itu

hidup dan terus hidup namun bukankah kau mati

di ujung pelatukmu ku berkata, jarimu tak cukup rindang tuk tegakkan malang itu

Sampah yang terkubur makna

apakah kita masih punya waktu untuk mendengar
saat kita selalu dituntut untuk berbicara

apakah kita masih perlu untuk bicara
saat tiada lagi yang bisa mendengar

wahai angin wahai awan wahai gunung yang terdiam disana
adakah saatnya kan tiba saat lampu kan dinyalakan
dan pelangi diturunkan
hanya untuk sekedar beristirahat
dari fatamorgana dunia nyata

apakah waktu kita masih berharga
bila semua harga bukanlah sejati nyata

wahai patok bumi yang terbenam dalam busuknya dunia
kau berlari namun nyata hanya terdiam

lalu siapa yang berbicara
lalu siapa yang mendengar

mulia adalah hina
hina mungkin mulia

sampah yang terkubur makna

aku dan diriku

aku mencintai diriku karena itu aku mencintai orang lain
karena aku yakin ketika aku mencintai orang lain sesungguhnya aku sedang bercinta dengan diriku

sesungguhnya hanya ada aku, yang lain hanyalah pemuas keakuanku

Aku, duniaku

aku bukan penjilat
karena kutak pandai bermain dengan kata
aku bukan pencari muka
karena kuyakin mukaku adalah yang terbaik untukku
aku tak berlindung di balik topeng
karena kupercaya kulit ariku cukup tebal untuk menjadi topengku

namun kupercaya
disekelilingku banyak mata yang memandangku
takjub…..
hina…
kasihan…

saat aku hidup dalam duniaku
aku tak perlu akan pengakuanmu
aku tak butuh sandiwaramu
karena aku telah cukup dari semua itu

Waktu di onggokan sampah

wahai waktu di onggokan sampah
adakah kau lihat masa remajaku yang cemerlang
terakhir kulihat dia lusuh terkena debu masa pubertasku

wahai waktu ditumpukan sampah
adakah kau perhatikan masa laluku yang bersinar terang
kuingat saat dia menjadi kumal karena kedewasaanku yang salah arah

wahai waktu
masih berhargakah masa yang telah berlalu itu
entahlah

Saat ini, waktu
kuberdiri diarah sebuah persimpangan
antara cerahnya kenyataan dan kusamnya penasaran
ini adalah waktuku sendiri
sebuah pencerahan yang sangat jarang menghampiri kesadaranku

Saat berakhirnya sebuah penantian panjang
akan eksistensi perwujudanku dalam ruang dan waktu
saatnya menjadi manusia bukan anjing atau sampah
dan waktu masih bersama setidaknya sampai saat ini, mungkin masih ada harapan

Semoga menjadi dewasa tanpa pernah salah arah dalam ruang dan waktu

Bergerak dalam kebisuan

bukan langit yang warnai kita

atau bumi yang basahi kita

hujan hanya sekedar pembilas bukan penentu

namun apa yang kau rasa adalah nyata

apa yang kau pegang adalah padat

dan kakimu adalah tegak

lalu tunggu apa lagi

petir sudah menyambar

bumi pun lelah bergerak

lalu kau tunggu apa lagi

tentukan posisimu

Jejak Langkah

bila kupikir dengan seksama
tampak jelas perubahan yang ada
jejak jejak masalalu, setiap keping keputusan yang ada
mewarnai dan memberi arti diri

aku saat ini adalah kumpulan semua itu
adakah sesal
sesal selalu ada mungkin kan selalu ada
bisakah berubah………..mungkin tidak……….

dititik ini aku berhenti sesaat
untuk mencari arti, memilah langkah
tampak jelas perlu lebih dari sekadar kemauan………
niat hanyalah sebuah niat hingga wujud menjadi nyata…….
teringat sebuat kalimat
perjuangan adalah pelaksanaan kata kata………..
dan kupikir
puisi tetaplah puisi hingga ia memberi warna dalam hidup yang sesungguhnya

lalu setelah ini……………….aku tak tahu………..
aku tak ingin menjadi merasa tahu………karena tahu, bukanlah beralaskan perasaan atau sepincuk subjektivitas

penggalan lain - di sini di tempat ini

bila ini bukan tempat bagi airmata
untuk dimengerti,
lantas dimana lagi aku harus menangis
bila ini bukan tempat bagi jiwaku
untuk mendapatkan sayap,
lantas kemana lagi aku terbang
bila ini bukan tempat aku
mencari jawaban atas pertanyaan
lantas kemana aku mencarinya
bila ini bukan tempat bagi perasaanku
untuk didengar
lantas kemana lagi aku berbicara
bila ini bukan tempat kau menerimaku
apa adanya
lantas kemana lagi aku harus
menjadi diriku
bila ini bukan tempat bagiku
untuk mencoba belajar dewasa lantas bisakah
aku hanya menjadi diriku sendiri?

penggalan puisi – siapakah engkau

siapakah kau yang mengubah benci
menjadi cinta buta tak terkendali?
siapakah kau yang di bumi
tapi aku mencarimu hingga ke langit?
apakah kau sengaja merangkum drama
kepedihan menjadi cerita cinta?
seorang penyairkah kau atau penyihir
yang telah memetikkan sebuah bintang
untukku, berabad yang lalu?
kau hidup di dalam diriku
berjalan, menyalakan parafin dan terlelap
kau tidak meninggalkanku
akulah yang tertinggal

scratch in your brain

Haven’t seen you for a while

i guess you are busy with your life

geez, i got a headache you know just to think how much i care for you

lalu apa lagi, in the name of what next?

lalu apa lagi?
pagi tlah menjelang
malam jelas menghilang

namun aku
terperangkap dalam gelap

hina dalam keterpurukan
nista dalam kebangkitan

Lalu apa lagi?

jelas diri tiada lagi terasa di kalbu